1. Maqam Ibrahim
Maqam
Ibrahim sesungguhnya adalah batu bekas pijakan Nabi Ibrahim as yang
dipergunakan pada waktu membangun Ka'bah bersama Nabi Ismail as. Bekas
pijakan tersebut di letakkan dalam bangunan seperti pada gambar. Maqam
Ibrahim bukan berarti Kuburan. Banyak orang mengira ini adalah kuburan
Nabi Ibrahim, padahal hanyalah "Bekas" pijakan.
Di
belakang tempat ini merupakan tempat pelaksanaan shalat sunat 2 rakaat
sesusah melakukan thawaf. Keunikannya, banyak jamaah yang mencium,
merangkul bangunan berbentuk sangkar ini.
2. Di Dinding Ka'bah
dinding Ka'bah dan rukun Yamani
Dinding
ka'bah yang merupakan batu berwarna hitam. kalau didekati permukaannya
mengkilap dan halus serta wangi. Jutaan tangan bahkan lebih dalam kurun
waktu yang sangat lama menyentuhnya. Jika kita dekati, akan banyak ekspresi dari manusia yang menyentuhnya. Ada yang berusaha menempelkan seluruh tubuhnya, ada yang menangis sambil menciumi, ada yang berusaha menyentuh seluruh permukaan keliling Ka'bah bagian bawah.
Lebih seru lagi, pada waktu tertentu Askar Masjidil Haram menyemprotkan parfum yang sangat khas pada seluruh dinding Ka'bah dan selanjutnya bisa ditebak, akan ada banyak orang yang saling berebut mengusapkan badannya, sajadah, kopyah, surban, pakaian ihram dan apa saja yang bisa digunakan untuk mendapatkan aroma khas ini.
4. Mencuci kain ihram dan kain kaffan dengan air zam-zam
Di
pagar dekat dengan tempat pengambilan zam-zam yang berada di luar
Masjidil Haram bisa dilihat kain kafan dan kain ihram dijemur. Ternyata
kain-kain tersebut terlebih dahulu telah dicuci dengan menggunakan air
zam-zam. Padahal kalau pas ada Askar di sekitar situ, bisa dipastikan
kain-kain itu langsung digulung bahkan dibuang. Mungkin karena kelihatan
semrawut mengganggu pemandangan. Bahkan terkadang dikatakan Haram ...
Haram.
setelah kering dibawa pulang. Kata beberapa orang, nantinya digunakan untuk mengkafani dirinya ketika mati.
setelah kering dibawa pulang. Kata beberapa orang, nantinya digunakan untuk mengkafani dirinya ketika mati.
Bukan hanya itu sebagian orang dengan membawa air zam-zam yang diletakkan digalon yang nantinya dipergunakan untuk mandi di pemondokan. Padahal Zam-zam adalah air suci yang tidak boleh dipergunakan untuk membersihkan najis.
5. Di Jabal Rahmah Pada Arafah
Tugu Jabal Rahmah di Padang Arafah
Kebanyakan yang ditulis adalah nama-nama. Menurut pemandu ada kepercayaan jika menulis nama seseorang, dengan harapan pasangannya tetap langgeng sebagaimana Nabi Adan dan Siti Hawa. Kalaupun belum punya pasangan, harapannya yang berangkutan bisa jatuh hati dan menjadi jodohnya
6. Di Padang Arafah
menyelipkan
foto, atau nama pada secarik kertas bahkan ada juga yang memendam foto
kopi KTP di padang Arafah, dengan harapan segera di panggil dan
menjalankan wukuf di Arafah. Benarkah?
7. Di Sekitar Masjidil Haram
secara khusus memberi makan burung merpati di sekitar Masjidil Haram,
ini
biasanya dilakukan jamaah haji dari benua Afrika, entah apa yang mereka
pikirkan dengan perlakuan khusus ini. Bahkan penjual makanan burung ini
berjejer-jejer. Lucunya lagi, begitu yang memberi makan pergi, penjual
tadi mengumpulkan kembali ceceran yang ada untuk dijual kembali.
Mengurangi modal menambah untung.
8. Ketika melakukan thawaf wada',
mengucapkan "saya pamit menjenguk rumah sebentar" sambil berjalan mundur. dengan harapan segera dipanggil lagi ke Baitullah
mengucapkan "saya pamit menjenguk rumah sebentar" sambil berjalan mundur. dengan harapan segera dipanggil lagi ke Baitullah
9. Jamarat Mina
melempar jumrah dengan sepatu, payung, botol air minum mineral, dan benda-benda lain saking jengkelnya pada syetan. padahal cukup dengan menggunakan kerikil kecil sebesar kotoran kambing. Kenapa harus berlebihan?
melempar jumrah dengan sepatu, payung, botol air minum mineral, dan benda-benda lain saking jengkelnya pada syetan. padahal cukup dengan menggunakan kerikil kecil sebesar kotoran kambing. Kenapa harus berlebihan?
10. Entahlah monggo sampean yang nambah.
Itulah kalo boleh saya katakan beberapa keunikan dari musim haji di tanah suci. Harap maklum 3 juta lebih manusia memiliki latar belakang yang beraneka ragam.
Berhaji itu tidak hanya mampu dan memiliki bekal secara finansial, tetapi harus berbekal ilmu. Jauh sebelumnya telah mempelajari bagaimana manasik yang benar sebagaimana yang dicontohkan Baginda Rasulullah saw.
Bekal ilmu yang baik dan benar dan sesuai tuntunan, Insya Allah mengantarkan kita menjalankan sunah, rukun dan kewajiban haji dengan baik. Bahkan Insya Allah kita akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang justru merusak amal yang kita lakukan.
Terakhir adalah menata hati dalam setiap melakukan kegiatan yang berkaitan dengan ruhani. Bahwa dengan hati dan niat semata mencari ridha Allah, maka yang kita lakukan Insya Allah dapat menghindarkan diri dari perbuatan sia-sia.
Wallahu a`lam bish-shawab,
Semoga kita dimudahkan dalam segala urusan dunia dan akherat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar